Belajar dari Lautan

"Jagalah hati, jangan kau kotori. Jagalah hati, lentera hidup ini." Sebait lirik dari kelompok Nasyid FIKR, sederhana namun kuat akan makna. Jagalah hati karena hati merupakan lentera dalam hidup, bila hati sudah kotor tentu lentera akan pudar dan mengeluarkan cahaya pendar, maka meningkatlah kemungkinan kita untuk tersesat.
Bila kita perhatikan Bumi ini, maka hati kita mirip sekali dengan laut. Laut itu sangat luas, meliputi dua per-tiga Bumi, mirip sekali dengan hati manusia yang begitu luas. Laut itu penuh dengan misteri yang belum terpecahakan, mirip dengan hati manusia yang penuh dengan teka - teki. Laut itu dipengaruhi oleh berbagai hal yang ada di alam, mirip dengan hati yang dapat terpengaruh oleh berbagai hal yang ada disekitarnya. Laut merupakan permukaan terendah yang ada di Bumi sehingga akan mengendapkan apa pun yang masuk kedalamnya, mirip sekali dengan hati yang akan mengendapkan berbagai ingatan yang terekam oleh otak. Laut dan hati sama - sama indah.

Kemiripan ini memberikan pelajaran yang luar biasa, terkadang kita sudah menyadari bahwa laut itu begitu luas dan saling terhubung satu dan lainnya, namun karena jarak pandang kita yang terbatas, maka kita menyekatnya dengan batas - batas nama, misalnya laut jawa, laut arafuru, dsb. Mirip sekali dengan hati kita, kita sebenarnya mengetahui bahwa hati kita sangat luas, namun terkadang kita sangat sulit sekali menerima sesuatu seperti kebaikan, tanggung jawab, perubahan, keterbatasan, dan lainnya karena kurangnya ilmu kita. Bila laut dibatasi oleh jarak pandang yang kita miliki maka hati kita disekat oleh kekurangan ilmu yang kita miliki, semakin sedikit ilmu yang kita miliki semakin kecil hati kita. Maka sudah sepantasnya kita menuntut dan terus mencari banyak ilmu untuk terus menambah kapasitas kita. Ilmu apakah yang kita cari? Tentu saja segala bentuk ilmu yang diberkahi oleh Allah, seperti dengan meningkatkan pemahaman kita akan syukur, ikhlas, dsb.
Laut juga memiliki peranan peranan penting dalam keberlangsungan makhluk hidup. Bayangkan apa yang akan kita alami bila seluruh laut rusak tercemar. Sudah barang tentu kehancuran akan datang kepada kita, seperti hujan asam dimana - mana, matinya seluruh tumbuhanyang ada di Bumi, matinya hewan laut, yang nantinya akan mengundang berbagai malapetaka berupa berbagai kepunahan makhluk hidup. Mirip dengan laut, hati juga bila tercemar akan membawa kehancuran bagi manusia. Apa yang terjadi ketika kita sudah menghalalkan sex bebas, apa yang terjadi ketika aborsi itu legal, apa yang terjadi jika pemukulan, pencurian, dan pemerasan dianggap hal biasa. Hal ini akan terjadi ketika orang sudah tidak menghiraukan lagi pentingnya menjaga hati. Menjaga diri sendiri dengan berbagai amalan baik serta menjaga hati saudara dan tetangganya dengan sikap dan perilaku yang baik. Yang paling berbahaya dari hati adalah ketika hati yang tercemar itu sudah dianggap menjadi hal biasa. Maka mulai sekarang marilah kita menjaga hati ini dari segala bentuk pencemaran.
Bentuk kemiripan lain dari hati dan lautan adalah kemampuan dalam mengendapkan apa pun yang terdapat di sekitarnya. Lautan merupakan permukaan rendah yang terdapat di Bumi, bahkan terendah. Seluruh sungai akan mengalir dan bermuara di laut. Oleh kerena itu seluruh material yang terbawa oleh sungai akan terendapkan, akhirnya sebagai tempat pengendapan akhir, di laut. Material ini nantinya akan bersatu dan membentuk suatu lapisan batuan. Bayangkan bahwa lautan adalah hati kita dan material - material kecil yang datang dari sungai merupakan segala bentuk hal yang kita lihat dan kita dengar di sekitar kita. Sedikit - sedikit namun sering, maka mirip dengan laut, material asing tersebut akan terendapakan di hati kita dan menjadi suatu lapisan keras yang mirip dengan batu. Sekarang bayangkan lagi bahwa material itu bukan hal baik yang membawa kita ke ketaqwaan tetapi merupakan material jahat yang malah menjerumuskan kita. Inilah salah satu penyebab, yang saya rasakan, dari munculnya berbagai kebiasaan umat muslim, terutama generasi muda, menjauh dari aqidah islam saat ini. Misalnya semakin banyaknya muslim yang berpacaran, semakin banyaknya akhwat keluar malam, dan yang paling berbahaya adalah semakin tenangnya umat islam meninggalkan ibadah wajib seperti shalat. Lapisan batu itu jika sudah terbentuk akan sangat sulit untuk diangkat lagi, dibutuhkan usaha yang sangat besar dan terus - menerus untuk dapat mengangkat material ini lagi. Maka dari itu sangatlah penting bagi umat muslim untuk berkumpul dan membicarakan kebaikan dalam setiap kesempatan. Hal ini bertujuan supaya material yang masuk ke dalam hati kita bukan material jahat, melainkan material baik. Disini muncul pentingnya kita memilah dan memilih tempat kita bergaul, acara televisi yang kta tonton, dan bahkan jalan yang akan kita lewati ketika kita mau pergi kerja misalnya.
Itulah sekilas tentang kemiripan antara laut dan hati. Dan tak lupa yang paling penting, bila laut bersih maka indah dan elok pemandangan yang terlihat. Bila hati bersih dan terjaga, maka tentram dan damailah Bumi dengan berbagai karunia dan berkah dari Allah.

Popular posts from this blog

Flow Regime

Fluid Flow

"Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat Indonesia". Doa Yang Sudah Terkabulkan?