Saya, Seorang Mahasiswa

Bismillaahirrahmaanirraahiim
Dalam Suatu hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di dalam dirimu terdapat dua hal yang dicintai oleh Allah dan Rasulnya, (yaitu) akal (yang mampu berfikir dengan baik) dan sifat sabar”.
Teman – teman se-iman, se-perjuangan, se-perguruan, dan sepertinya se-umuran. Mungkin. Menjadi seorang mahasiswa merupakan suatu bentuk kesempatan ‘petualangan’ yang penuh pembelajaran yang diberikan tidak pada semua pemuda, terutama yang terjadi pada bangsa kita. Apalagi bila menjadi mahasiswa pada Universitas – Universitas negeri, yang sadar atau tidak sadar merupakan orang – orang yang mendapat ‘bantuan’ dana dari pemerintan alias ‘subsidi’. Petualangan ini merupakan suatu bentuk persiapan bagi kita untuk menghadapi apapun yang ada di luar lingkungan Universiatas nantinya atau sebut saja ‘Dunia nyata yang tidak sempurna dan GANAS’.
Sadar tidak sadar, menjadi mahasiswa merupakan tanggung jawab besar karena kita menjadi suatu sekelompok orang yang dianggap lebih mengerti dan merupakan pionir dalam ‘peperangan’ melawan ketertinggalan, kemiskinan, kegilaan dan berbagai krisis yang terjadi di Negara kita. Kitalah yang akan menjadi orang – orang yang dapat menentukan arah suatu masyarakat, tentunya bagi yang benar – benar mengamalkan ilmunya dengan baik. Tapi mari kita tela-ah lagi, apa yang menjadi tujuan kita sebenarnya di dunia perkuliahan?

Saya yakin, teman – teman semua sudah tahu akan Tri darma pendidikan. Kewajiban seluruh civitas akademika yang berada pada Universitas merupakan Tri darma pendidikan, yaitu penelitian, pendidikan, dan pengabdian. Berati termasuk kedalamnya kewajiban kita sebagai mahasiswa. Sebagai mahasiwa kita sudah berbeda dari hanya seorang siswa, kita sudah berada pada tingkatan tertinggi dalam suatu pendidikan sehingga kita dituntut tidak hanya belajar tetapi juga mengaplikasikan ilmu kita dan juga mengabdi yang tentu saja kepada Allah SWT dengan cara memajukan bangsa kita.
Begitu besarnya tanggung jawab kita tentu membuat kita merasa tertekan, bagi yang memikirkannya, bagaimana mungkin saya yang baru berusia 18 tahun ini harus melakukan penelitian bahkan sudah harus mengabdikan diri untuk hal yang terkadang tidak saya rasakan langsung hasilnya. Tapi bersedihlah teman – teman karena tanggung jawab itu telah jatuh pada pundak teman – teman sadar atau tidak sadar, mau atau tidak mau. Seperti ketika seseorang mendaftar menjadi tentara, membela negara merupakan tanggung jawabnya apa pun caranya bahkan dengan mengorbankan nyawa pada medan perang. Begitu pula dengan mahasiswa, penelitian, pengabdian, dan pendidikan merupakan tanggung jawab kita.
Untuk dapat melakukan semua tanggung jawab tersebut kita perlu melakukan beberapa perombakan pada kehidupan kita yaitu merombak kompetensi kita menjadi lebih baik, mulai menanamkan sikap profesional pada setiap tindakan kita, dan mulailah berfikir kontributif. Semua perombakan itu dapat terjadi bila kita mulai membiasakan untuk melakukan tradisi keilmuan.
Tradisi keilmuan merupakan suatu bentuk pembiasaan diri yang dilakukan untuk mengembangkan keilmuan yang tengah kita pelajari. Tradisi keilmuan merupakan perwujudan dari empat hal sederhana, yaitu :
1. Mendengar
2. Berfikir
3. Menulis
4. Publikasi
Keempat hal harus dilakukan secara berkesinambungan, sinergis, dan terus menerus untuk menumbuhkan tradisi keilmuan pada diri kita. Mendengar tidak akan berguna bila tidak kita pikirkan, hal yang kita pikirkan akan terlupakan bila tidak kita tulis, hal yang kita tulis tidak akan bermanfaat bila tidak kita publikasikan. Bila tradisi keilmuan telah menjadi darah daging kita, tentu saja tri darma pendidikan bukan menjadi suatu rintangan yang sulit bagi kita.
Ingat teman – teman dalam petualangan ini yang menentukan bukanlah modal yang kita miliki, karna kita semua telah diberi modal yang sama oleh Allah SWT, tapi ketekunan kita dan kesabaran kita tentunya, Seperti Edison yang terus berusaha bahkan ketika dia telah gagal lebih dari seribu kali, bahkan harus seperti Nabi Muhammad SAW yang tetap sabar dengan sikap dan penindasan yang diterimanya dari masyarakat Quraisy selama lebih dari sepuluh tahun.
Teman – teman inilah salah satu jalan jihad kita, inilah perjuangan kita. Dan tanamkanlah di hati kita masing – masing bahwa sesungguhnya KESUKSESAN MERUPAKAN RESIKO HIDUP KITA.
Keep Fighting, HAMASAH
*Maaf bila terkesan mengajari, ini merupakan amanah.

Popular posts from this blog

Flow Regime

Fluid Flow

"Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat Indonesia". Doa Yang Sudah Terkabulkan?